Salah satu tip sederhana bagi calon pebisnis agar bisnisnya bisa
berumur panjang: lakukan riset dan kajian atas pangsa pasar bisnis yang
bakal digeluti. Hasil riset ini bakal menjadi panduan bagi pebisnis
untuk mewujudkan bisnisnya.
Anda masih ingat pada pisang goreng
pontianak? Sekitar tiga tahun sampai lima tahun yang silam, bisnis
pisang goreng berbentuk kipas nan renyah ini sempat
booming.
Bahkan, cuma dalam hitungan pekan, di satu daerah bisa muncul banyak
gerai penjual pisang goreng pontianak baru berturut-turut. Sejumlah
pengusaha pisang goreng pontianak bahkan langsung menawarkan waralaba
bisnisnya.
Nyatanya, bisnis pisang goreng pontianak ini berumur
pendek. Hanya sekitar dua tahun kemudian, satu per satu gerai penjual
pisang goreng pontianak menutup gerainya. Cuma sedikit gerai penjual
pisang goreng pontianak yang masih bertahan sampai sekarang. Para
pengusaha yang telat masuk pun cuma bisa gigit jari melihat bisnis ini
terbenam.
Kasus seperti tadi kerap terjadi. Alhasil, banyak orang
yang jadi ragu dan takut untuk memulai bisnis. Padahal, dia sudah
memiliki segudang ide bisnis yang bisa ia jalankan.
Karena
itulah, setelah merumuskan ide bisnis yang ingin dijalankan, hal penting
yang harus dilakukan oleh calon pebisnis adalah memetakan potensi pasar
bisnis yang bakal dilakoni. Tentu saja, idealnya seorang calon pebisnis
memilih bisnis yang masih memiliki peluang pasar besar.
Para
pelaku usaha dan konsultan bisnis sepakat, untuk mengetahui bagaimana
peluang pasar dari suatu bisnis, seorang pebisnis wajib hukumnya
melakukan riset pasar. "Lakukan perencanaan dan riset pasar
kecil-kecilan," kata konsultan bisnis Peni R Pramono.
Asal tahu
saja, masih banyak calon pebisnis yang ogah melakukan studi kelayakan
bisnis sebelum memulai usahanya. Salah satu alasannya karena para calon
pebisnis ini merasa kesulitan mengumpulkan segala informasi yang
dibutuhkan. Maklumlah, tidak semua data yang dibutuhkan bisa diakses
secara bebas.
Meski begitu, melakukan riset atau studi kelayakan
bisnis merupakan kewajiban bagi setiap orang yang ingin membangun
usahanya sendiri. Pebisnis bisa mengumpulkan bahan riset ini melalui
berbagai cara. Misalnya, langsung turun melakukan survei di lapangan.
Si
pebisnis bisa melakukan observasi atau bahkan mengobrol langsung dengan
pebisnis lain yang sudah menjalankan bisnis tersebut. Tentu saja, cara
ini akan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga.
Cara lainnya,
si pebisnis bisa mencari tahu tentang bisnis yang ingin ia geluti
melalui artikel media massa atau internet. Ia juga bisa mencari
informasi melalui seminar-seminar terkait bisnis yang ia incar.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diriset oleh setiap orang yang ingin
memulai bisnis.
Pertama, segmen pasar mana yang akan
disasar? Tentu saja, ketika Anda sudah menemukan ide bisnis yang bisa
dijalankan, seharusnya Anda sudah memiliki gambaran segmen pasar mana
yang akan menjadi target pasar. "Pada dasarnya produk yang ditawarkan
akan langsung mendefinisikan segmentasi pasar yang ingin dituju karena
keduanya berkaitan erat," sebut Andre Vincent Wenas, pengamat manajemen.
Tapi,
dengan riset, seorang pebisnis bisa lebih mantap membidik pasar
tersebut. "Seorang pengusaha tidak perlu menggarap semua pasar. Kalau
pengusaha tahu pasar mana yang ia tuju, di pasar itu pun cukup banyak
yang bisa dikelola," tegas Peni Pramono. Dia juga bisa mengetahui nilai
tambah yang bisa ia berikan agar produk atau jasanya lebih laris.
Melalui
riset, seorang pebisnis juga bisa menentukan seberapa besar pasar yang
bisa ia jangkau. Si pebisnis bisa mendapat info apakah produknya hanya
bisa dipasarkan di kota tempat tinggalnya, atau mungkin di provinsi
tempat tinggalnya, atau bahkan sampai ke seluruh Indonesia. "Riset bisa
memberikan gambaran produk apa yang cocok ditawarkan di sebuah wilayah,"
imbuh Andre.
Pesaing bukan berarti musuh
Kedua, gaya bisnis pesaing di bisnis yang sama. Pakar
pemasaran Istijanto Oei menuturkan, riset mengenai pesaing terutama
perlu dilakukan bila persaingan di bisnis tersebut sudah ketat. "Perlu
dilakukan perbandingan, apa sisi kuat dan sisi lemah pesaing," tutur
dia.
Karena itu, jangan buru-buru menganggap pesaing sebagai
musuh. Kompetitor dalam suatu bisnis bisa jadi malah membukakan jalan
bagi Anda untuk bisa masuk ke bisnis tersebut dengan mulus. Jangan lupa,
pesaing yang sudah lebih dulu masuk ke pasar tentunya sudah melakukan
edukasi pasar. Jadi bisa dibilang, pebisnis yang masuk belakangan
tinggal menikmati hasilnya. "Pebisnis baru bisa masuk ke wilayah itu
tanpa perlu mengedukasi dari nol, dalam hal ini kompetitor malah bisa
dipandang sebagai partner," tandas Andre.
Dari pesaing yang sudah
ada pula pebisnis baru bisa mempelajari cara bertahan di bisnis yang ia
geluti. "Hal yang perlu diperhatikan dari kompetitor antara lain pola
strategi promosi, strategi pemasaran dan branding, serta strategi
penentuan harga jual," kata Henky Eko Sriyantono, praktisi bisnis dan
pemilik waralaba Bakso Malang Cak Eko.
Kehadiran kompetitor ini
juga bisa menjadi pendorong bagi pebisnis untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas produk. "Kompetitor membuat kita tidak tidur," kata Andre.
Ketiga,
calon pebisnis perlu melakukan riset soal lokasi usaha incarannya.
Penentuan lokasi bisnis ini juga terkait dengan segmen pasar dan model
bisnis yang bakal dijalankan. Misalnya, dia memilih menjalankan bisnis
offline, tentu saja si pebisnis idealnya mencari lokasi yang mudah
terjangkau oleh pangsa pasarnya.
Keempat, pebisnis juga
perlu melakukan riset terkait analisis usaha yang akan dijalankan. Cari
tahu berapa besar investasi minimal dan maksimal yang perlu
digelontorkan bila ingin menjalankan suatu bisnis. Cari tahu juga
biaya-biaya apa saja yang perlu dikeluarkan bila menjalankan bisnis
tersebut dan berapa asumsi pemasukan yang wajar.
Dengan data-data
tersebut, seorang pebisnis akan lebih mudah melihat kelayakan bisnis
yang akan ia jalankan. Selain itu, ia bisa menilai kemampuan dia
menjalani bisnis tadi. "Semakin besar investasi dan sumberdaya yang
dibutuhkan suatu bisnis, semakin berisiko bisnis itu," kata Istijanto.
Selain
itu, dengan melakukan analisis usaha ini, calon pebisnis bisa
mengetahui risiko-risiko apa saja yang akan ia hadapi saat menjalankan
bisnis tersebut. Dus, ia bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk
yang mungkin terjadi saat mulai menjalankan bisnis.
Nah, dari
hasil riset yang dilakukan tersebut, seorang calon pebisnis bisa
menentukan apakah bisnis yang bakal ia jalankan masih prospektif atau
tidak. Merangkum pendapat para pakar, setidaknya ada empat faktor yang
mengindikasikan suatu bisnis masih prospektif dan memiliki peluang pasar
besar.
Yuk, kita telisik satu demi satu indikatornya.
•
Return on investment (ROI)Prospektif atau tidaknya suatu bisnis bisa dilihat dari nilai
return on investment
(ROI) bisnis tersebut. Anda tentu sudah tahu yang dimaksud ROI adalah
seberapa besar imbalan yang diberikan suatu bisnis atas investasi yang
ditanamkan. Besaran ROI yang layak bisa berbeda bagi tiap pebisnis.
Data-data yang diperlukan untuk mengetahui ROI bisnis ini akan Anda
peroleh kalau Anda melakukan riset analisa usaha.
Peni Pramono
memberi contoh, salah satu indikator yang bisa digunakan menentukan ROI
yang layak adalah return dari produk investasi yang dianggap tidak
berisiko. Misalnya deposito. "Angka deposito sekarang memberi 6% untuk
investasi yang ditanamkan, maka pengusaha bisa mematok ROI sebesar 12%,"
terang dia.
Dengan demikian, dalam parameter si pebisnis, usaha
yang ia jalankan masih prospektif sepanjang bisa menghasilkan ROI
sebesar 12%. Tapi bila nilai ROI yang diberikan bisnis tersebut terus
merosot, ini bisa menjadi indikasi bahwa prospek bisnis tersebut juga
semakin suram. Bila hal ini terjadi, si pebisnis bisa mulai bersiap-siap
membuka bisnis baru, atau mencari cara untuk memberi nilai tambah pada
bisnisnya agar tetap bisa bertahan.
• PenawaranAnda
tentu sudah tahu aktivitas ekonomi bergerak atas dasar hukum permintaan
dan penawaran. Dalam hal berbisnis, idealnya suatu bisnis masih
prospektif dan memiliki potensi berkembang di masa depan bila penawaran
di bisnis tersebut masih terbatas. Artinya, penawaran yang ada masih
ketinggalan ketimbang permintaan.
Besarnya penawaran ini antara
lain bisa dilihat dari jumlah pemain yang ada di bisnis tersebut.
Artinya, setiap pebisnis harus mengetahui peta persaingan dalam bisnis
yang akan ia geluti. Tentu saja, semakin banyak pesaing di suatu bisnis,
bisa dikatakan semakin kecil pula peluang pasar yang ada di bisnis
tersebut.
Memang, sekalipun pemain di suatu bisnis sudah
terhitung padat, masih ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh para
pebisnis baru. Misalnya saja, pebisnis baru masuk ke bisnis tersebut
dengan produk yang diberi nilai tambah tertentu. Dengan demikian, produk
yang ia tawarkan menjadi unik dan berbeda dengan produk pesaing
lainnya. "Tawarkan produk yang sudah ditiru sehingga tidak mudah
dihadapi oleh pesaing lain," sebut Istijanto.
• PermintaanSetelah
melihat faktor penawaran, para calon pebisnis juga perlu melihat jumlah
permintaan yang ada di pasar. Menurut Istijanto, permintaan di pasar
bisa dilihat antara lain melalui tren yang sedang berkembang di
masyarakat. Jadi, pada dasarnya para pebisnis harus mampu membaca tren.
Dari situ, calon pebisnis bisa melihat apakah bisnis yang akan ia
jalankan memiliki tren yang tahan lama atau hanya tren sesaat.
Untuk
bisa memahami tren yang beredar di masyarakat ini memang
gampang-gampang susah. Mau tidak mau, pebisnis harus melakukan survei ke
pasar agar bisa mendapat gambaran utuh terkait permintaan pada bisnis
yang ia jalankan.
Cara lain untuk mengetahui permintaan atau
tren atas suatu bisnis: intiplah bisnis dari pesaing. "Bisa dilihat dari
jumlah transaksi atau cashflow bisnis tersebut. Apabila jumlahnya masih
besar, maka bisnis tersebut masih menguntungkan," sebut Henry, yang
juga kerap disapa Cak Eko ini.
Terkait soal tren, pada dasarnya
tipe bisnis bisa diklasifikasikan menjadi dua bentuk berdasarkan tren.
Yang pertama adalah bisnis yang memiliki tren jangka panjang. Biasanya
ini adalah bisnis yang produk atau jasanya akan selalu dibutuhkan, misal
bisnis kuliner.
Suatu bisnis bisa memiliki siklus tren yang
panjang biasanya karena terjadi pembelian ulang oleh konsumen atas
produk atau jasa yang ditawarkan oleh bisnis tersebut. Semakin sering
konsumen membeli kembali produk tersebut, maka siklus bisnis tersebut
akan semakin panjang.
Selain itu ada bisnis yang trennya pendek.
Biasanya ini bisnis yang terkait dengan teknologi. Konsumen pun
biasanya hanya melakukan pembelian produk di bisnis ini sekali. Kalaupun
terjadi pembelian berulang, durasinya panjang.
Ambil contoh bisnis penyewaan DVD. Perkembangan teknologi kini memungkinkan orang mengunduh atau menonton film dengan cara
streaming
di internet. Alhasil bisnis penyewaan DVD tak lagi menarik. "Teknologi
yang pergantiannya cepat membuat peluang pasar juga berubah dengan
cepat," tandas Istijanto.
•
Demografi pasarKeempat,
peluang pasar bisa ditentukan dari demografi wilayah tempat bisnis
berjalan. Bisnis yang tidak prospektif di satu daerah mungkin saja masih
berpeluang besar berkembang di daerah lain.
Data-data demografi
yang bisa mendukung bisnis misalnya informasi soal usia, jenis kelamin,
pendapatan, pendidikan bahkan pekerjaan calon konsumen. "Data-data
demografi ini bisa memberi gambaran peluang usaha apa saja yang
prospektif sesuai dengan
purchasing power (daya beli) masyarakat sekitar," kata Andre.
Ambil
contoh, kalau di suatu wilayah banyak anak usia sekolah dasar, di
daerah tersebut bisnis tempat kursus bagi anak usia sekolah dasar masih
berpeluang berkembang. Di lain sisi, idealnya jangan membuka kursus
bahasa Inggris di wilayah yang ditinggali para ekspatriat.
Contoh
lainnya, bila di suatu lingkungan banyak anak kecil dari keluarga
menengah bawah, membuka bisnis penyewaan PlayStation (PS) mungkin bakal
prospektif. Tapi membuka penyewaan PS di lingkungan perumahan mewah,
meski banyak anak kecil, tentu tidak menguntungkan. Asumsinya, setiap
rumah sudah memiliki perangkat
game konsol masing-masing.
Selain
itu, dengan melihat demografi pasar, calon pebisnis juga bisa
menentukan luas wilayah yang akan dia sasar. Pebisnis misalnya bisa
menentukan apakah ia hanya akan menyasar Jakarta, atau lebih sempit lagi
misalnya hanya menyasar kawasan elite di Jakarta Selatan. "Ini bisa
memberikan gambaran produk apa yang cocok ditawarkan di sebuah wilayah,"
sebut Andre.
Pebisnis juga bisa memberikan nilai tambah bagi
bisnisnya berdasarkan luas wilayah yang dia incar. Misalnya saja,
seorang pebisnis memulai bisnis toko buku online, dengan target pasar
seluruh Jakarta. Ia bisa memberi layanan antar (delivery) untuk
konsumennya.
Selamat melakukan riset buat Anda yang berniat membangun usaha sendiri!